Berita

Abdul Malik PhD, Anugerah Serantau Pilihan Sagang 2016

IMG-20161222-WA0005

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Menulis adalah bagian dari hidup Abdul Malik PhD. Karya-karyanya tentang dunia kemelayuan mendapat pengakuan dari dalam dan luar negeri. Tak heran pula bila Anugerah Serantau Pilihan Sagang 2016 disematkan kepadanya.

Sejak tahun 80-an Abdul Malik sudah mulai menulis. Minat utamanya terpusat pada bahasa, sastra dan budaya Melayu. Ibarat gayung bersambut, gairah menulisnya juga diiringi dengan dukungan media. Riau Pos dan Sagang-lah yang setia mempublikasikan tulisan kemelayuan yang dia hasilkan. Rida K Liamsi menjadi motivatornya rela terjun ke dunia tersebut.

Bersiteguhnya Abdul Malik membuahkan banyak karya. Karya-karyanya disambut baik.

Bahkan hingga di luar negeri. Beberapa waktu lalu, dia pernah mendapatkan Anugerah Hang Tuah dari Malaysia, menjadi tokoh budaya dan penghargaan bergengsi dari negeri jiran lainnya.

Buku-buku yang dia tulis pun menjadi rujukan pada beberapa universitas di Amerika dan Australia. Di balik puja-puji itu, di akhir tahun 2016 ini ada penghargaan istimewa yang dia dapatkan. Yakni Anugerah Serantau Pilihan Sagang dari Riau. Dari tanah dia dibesarkan.

“Surprise sekali saat mendapat kabar dari panitia bahwa saya mendapat anugerah itu. Ini sangat istimewa. Karena datangnya dari dalam negeri kita sendiri. Berkesan sekali,” ujarnya kepada Riau Pos.

Pria yang dibesarkan di tengah keluarga Melayu ini memang tak henti-hentinya berkarya. Dalam satu tahun, ia memiliki target untuk menghasilkan minimal satu buku atau satu hasil penelitian, artikel ilmiah dan semi ilmiah mengenai Melayu.

‘’Kalau tidak menulis, rasa­nya ada yang kurang. Walaupun kesibukan juga cukup tinggi, tapi tidaklah lengkap semuanya kalau saya tidak menulis,” ujarnya yang pernah menjadi Konsultan Pengembangan Sumber Daya Manusia Riau Pos Group (1992-1999). Total hingga saat ini sudahAbdul Malik telah menghasilkan lebih dari 50 karya penyelidikan. Setidaknya ada 25 buku yang telah ia tuliskan. Untuk artikel, sudah tidak terhitung pula jumlahnya. Ia juga pernah berkolaborasi dengan para budayawan termasyhur, seperti Tenas Effendi.

Dari sekian banyak karya tersebut, ada beberapa karya yang menurutnya sangat berkesan. Yakni tulisannya berjudul Memelihara Warisan Yang Agung, Menjemput Tuah Menyambung Marwah dan lainnya.

“Beberapa dari buku tersebut merupakan kumpulan tulisan saya yang dimuat dalam kolom khusus di media Batam Pos. Ternyata memang mendapat apresiasi dari banyak pihak dan dikaji oleh pelbagai universitas,’’ pungkasnya.

Sebagai budayawan yang sudah tunak di bidang bahasa, sastra dan budaya Melayu, dia menilai bahwa kini banyak mengalami kemajuan yang patut dibanggakan. Dibanding masa lalu, kini menurutnya sudah banyak pihak dan lembaga yang peduli dengan Melayu.

“Meski untuk buku masih belum terlalu banyak, namun dibanding tahun 70-an yang hanya mengandalkan Raja Ali Haji, kita patut berbanggalah. Sekarang pihak akademisi dan intelektual yang menaruh ketertarikan dan menghasilkan karya di bidang kemelayuan,” ujarnya yang tiga tahun terakhir fokus meneliti mengenai budi dan budi pekerti Melayu.Generasi muda pun dikatakannya sudah mulai mendalami warisan nenek moyang yang menurutnya masih memiliki ruang besar untuk digali.

“Meski saat ini sudah ba­nyak yang berkecimpung di dunia kemelayuan, baik dari aspek sastra, dan seni lainnya, kita masih membutuhkan banyak orang untuk bersama menggali budaya asli tanah Melayu ini. Bukan hanya untuk penduduk asli Riau/Kepri saja, tapi seluruh kita yang bermukim di sini,” katanya yang kini menjabat sebagai dosen di Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Tanjung­pinang ini.

Dikatakannya, jikapun belum mampu melebihi budayawan terdahulu, setidaknya kita mampu menyamai mereka. Mengingat, saat ini fasilitas untuk menghasilkan karya kreatif sudah semakin mudah. Dia berharap, de­ngan Anugerah Serantau dari Sagang bisa membuat dirinya dan seniman yang berkomitmen di bidang kemelayuan semakin termotivasi berkarya.

“Semoga ke depan semakin banyak generasi yang terins­pirasi untuk mengangkat marwah Melayu melalui karya. Jangan pernah berputus asa. Meski karya kita tidak langsung diminati setelah kita luncurkan, namun bertahun-tahun ke depan, karya tersebut akan menjadi sebuah panduan dan kajian bagi masyarakat banyak. Seperti apa yang dilakukan tokoh terdahulu, Raja Ali Haji,” tutupnya.***

 

 

 

 
Dikutip dari: http://www.sagangonline.com/baca/anugerah-sagang-2016/1572/abdul-malik-phd-anugerah-serantau-pilihan-sagang-2016