Dompak – Masih banyak laboratorium Kimia di sekolah maupun di universitas yang belum lengkap dalam segi pemenuhan aturan kerja maupun tingkat keselamatan saat berada di dalam laboratorium berdasarkan hasil survei sebelumnya. Bahkan ada yang hanya menggunakan wastafel sebagai tempat pembuangan bahan kimia asam pekat seperti HCl
Bertolak dari hal ini, program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) menggelar Workshop yang bertajuk “Keselamatan Kerja di Laboratorium Kimia” bertempat di Ruang Rapat Serbaguna Lantai 3 gedung Rektorat UMRAH Dompak, Senin (1/10).
Kegiatan ini disambut antusias oleh para peserta dari berbagai kalangan seperti Guru Kimia dari seluruh SMA Negeri di Kota Tanjungpinang, dosen di Prodi Pendidikan Kimia dan Biologi serta beberapa mahasiswa yang menjadi asisten praktikum.
Dalam Workshop yang dipandu oleh Ketua Laboratorium Kimia UMRAH, Nina Adriani B,Sc(Hons)., M,Sc ini hadir sebagai pembicara, Jamil Bin Mohamed Sapari, M.Sc yang berkhidmat sebagai Dosen di Universiti Teknologi Mara (UiTM) Cawangan Negeri Sembilan, Malaysia.
“Keselamatan di laboratorium kimia itu mesti diperhatikan lebih awal seperti sebelum melakukan experiment, karena apabila kecelakaan terjadi di laboratorium walau sekecil apapun akan berakibat sangat fatal” jelas Jamil Bin Mohamed Sapari dalam pemaparannya.
Ia juga menambahkan agar selalu membaca aturan penggunaan alat dan bahan kimia sebelum menggunakannya.
“Penggunaan bahan yang terbuat dari besi atau logam akan lebih cepat berkarat karena posisi Kota Tanjungpinang berdekatan sekali dengan laut, sehingga dianjurkan memperbanyak penggunaan bahan yang lebih tahan terhadap karat. Mengapa demikian? Karena panas matahari membuat air laut mudah menguap (evaporasi). Air laut mengandung garam (dibuktikan dengan rasa air laut yang asin), maka uap air hasil penguapan tersebut akan mengandung garam juga.” terang Jamil.
Kemudian lanjutnya lagi, Angin yang berhembus di laut membuat uap-uap garam bebas bergerak dan akhirnya menempel pada bahan besi tersebut.
Uap-uap garam yang menempel akan mempercepat terjadinya perkaratan pada logam (korosi), menyebabkan ia menjadi sangat rapuh atau cepat keropos karena terjadinya reaksi oksidasi.
Yang terpenting sekali menurut Jamil, semestinya setiap sekolah maupun universitas wajib melakukan pelatihan simulasi kebakaran yang biasanya bekerja sama dengan pihak pemadam kebakaran.
“Kesadaran akan penanggulangan dini terhadap kebakaran sangat penting, karena ia dapat mencegah terjadinya kebakaran dan dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan. Seperti bahan kimia yang pada umumnya bersifat mudah terbakar, jika penanganannya kurang baik maka bahan kimia dapat meledak seketika sehingga akan memicu terjadinya kebakaran” ujar Jamil.
Dalam kegiatan ini, peserta workshop diajarkan tentang berbagai alat keselamatan kerja yang wajib ada di setiap sekolah maupun universitas seperti kotak P3K, fire alarm dan fire extinguisher yang seharusnya ada di setiap ruangan maupun lantai gedung.
Berbagai alat pelindung diri seperti jas, sarung tangan, kacamata, masker, dan sebagainya juga dianjurkan untuk selalu digunakan ketika di dalam laboratorium.
Peserta juga diajak berdiskusi tentang bagaimana membaca kode yang terdapat di dalam MSDS dan juga diminta membuat poster safety lab semenarik mungkin agar dapat digunakan di setiap laboratorium.
Prodi Pendidikan Kimia berharap semoga kegiatan tersebut memberikan manfaat bagi semua pihak, baik untuk sekolah maupun universitas. Dan dapat diterapkan juga oleh mahasiswa, guru serta dosen agar lebih sadar akan keselamatan kerja di dalam laboratorium.
Dengan cara menempelkan berbagai poster safety lab di setiap laboratorium, menyediakan tempat pembuangan zat kimia berdasarkan jenis zatnya serta selalu memeriksa tanggal kadaluarsa bahan/zat kimia yang telah digunakan. (Prodi KIMIA)